Kartini-Kartini Korup dan Selingkuh
Masih adakah makna memperingati hari Kartini? Masih adakah
perempuan sekarang yang dapat menjadi tauladan? Perempuan yang mulia.
Sekarang tak ada lagi tokoh perempuan yang dapat diteladani dengan
layak. Kita hanya dapat melihat perempuan dengan getir. Begitu banyak
noda dan kesedihan. Akibat perempuan telah berubah. Berubah orientasi
dan tujuan hidupnya.
Kita hari ini hanya disuguhi perempuan yang menuntut hak-hak
kesetaraan mereka. Di segala aspek kehidupan. Mereka tidak mau lagi di
bawah dominasi laki-laki. Mereka ingin hidup setara dengan laki-laki.
Mereka ingin memiliki hak dan otoritas yang sama dengan laki-laki. Maka
para perempuan sekarang sedang memperjuangkan hak-hak mereka, dan
membuat rancangan undang-undang kesetaraan gender.
Memang. Dari tahun ke tahun emansipasi semakin tumbuh luas. Dalam
kehidupan. Sudah pernah ada perempuan menjadi presiden. Sudah banyak
perempuan menjadi menteri dan wakil gubernur. Sudah banyak perempuan
menjadi pejabat. Menjadi bupati, walikota, camat, dan lurah. Pejabat
eselon satu sudah banyak. Sudah banyak perempuan menjadi anggota DPR.
Bahkan banyak pula menjadi CEO perusahaan.
Perubahan itu semakin signifikan. Setiap tahunnya. Tahun 2000 dalam
undang-undang politik, kuato perempuan menjadii 30 persen. Naiknya kuota
perempuan dalam undang-undang politik itu, menandai era baru. Berdampak
sangat luas. Perempuan menjadi aktivis politik, sosial, dan tokoh
gerakan.
Dampaknya banyak perempuan yang menjadi pejabat publik. Rela
meninggalkan keluarganya demi karir politiknya. Keluarga tidak penting
lagi. Mereka bisa rapat hingga larut malam. Meninggalkan keluarga
mereka. Mereka terlibat dalam lobi politik di tingkat tinggi. Mereka
berperan dengan sangat kuat. Banyak perempuan yang menjadi tokoh
bayangan dalam kekuasaan. Mengendalikan suaminya yang menjadi presiden,
menteri, pejabat tinggi sipil dan militer.
Tetapi, perempuan tak juga puas dengan posisinya yang ada sekarang,
dan terus menuntut perannya yang lebih besar lagi. Di era reformasi ini
semakin kuat tuntutan perempuan dalam emansipasi itu. Sekalipun, tak
nampak ada tokoh-tokoh seperti Kartini,yang bisa diteladani oleh kaum
perempuan.
Sekarang hanya ada sosok, seperti Nunun Nurbaeti yang pernah buron,
Angelina Sondakh yang menjadi buah bibir, Wa Ode yang menjadi tersangka,
karena sogok, Miranda Gultom, dan banyak lagi perempuan lagi yang
nista, dan menyebabkan korupsi semakin marak.
Ekses dari kehidupan yang dituntut perempuan berupa emasipasi, dan
banyaknya perempuan keluar rumah, hanyalah mengakibatkan terjadinya
perselingkuhan di mana-mana. Kantor-kantor swasta dan pemerintah, dan
pabrik-pabrik, banyak yang menjadi ajang perslingkuhan. Karena akibat
campur aduk antara laki-laki dan perempuan di tempat-tempat kerja
mereka yang bukan muhrimnya. Selingkuh menjadi "habit" dikalangan atas
dan artis. Selingkuh seperti menjadi kebutuhan makan dan minum.
Sekarang ditopang dengan usaha-usaha legalisasi melalui undang-undang
kesetaraan gender, maka akan lebih menghancurkan lagi bagi kehidupan
keluarga, di mana kelompok-kelompok emansipasi perempuan berjuang ingin
mendapatkan hak-hak mereka.
Di era reformasi sekarang ini, tak nampak lagi, perempuan teladan,
dan dapat menjadi panutan kaum perempuan. Tetapi, hanya lahir
perempuan yang korup dan tukang selingkuh. Mereka dipenuhi dengan
ambisi-ambisi kehidupan duniawi, tanpa ada lagi yang melarangnya. Mereka
dapat berbuat bebas. Sesuai dengan naluri perempuannya. Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar